Kamis, 18 November 2010

Jusuf Kalla : Yang Salah Kepercayaan Warga Merapi

Pengungsi Merapi. Tempo/Andry Prasetyo
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Banyaknya korban tewas dan luka akibat terjangan awan panas Gunung Merapi yang terjadi Selasa (26/10) petang kemarin, membuat Ketua Pusat Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla prihatin.

Letusan Gunung Merapi cukup banyak memakan korban, kata Kalla, karena warga seputar lereng Gunung Merapi tidak mematuhi aturan dari pemerintah untuk mengosongkan kawasan rawan bencana III di Gunung Merapi.

“Masyarakat mestinya mentaati aturan pemerintah. Jangan hanya mengacu pada kepercayaan dan pengalaman saja,” kata Jusuf Kalla saat menjenguk para korban yang dirawat maupun yang telah tewas di Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10).

Kepercayaan yang dimaksud JK itu karena warga masih mempercayai juru kunci Mbah Maridjan. Artinya, selama Mbah Maridjan belum turun dari Gunung Merapi , maka lokasi tempat mereka dinilai aman, sehingga mereka tidak perlu mengungsi. Padahal, lanjut JK, aturan yang ditetapkan pemerintah berdasarkan data keilmuan. Bukan pada ramalan.

“Memang ada yang salah. Ya kepercayaan masyarakat itu sendiri,” kata JK.

Status awas yang ditetapkan pemerintah sama artinya dengan penetapan status darurat. Sehingga ketika Gunung Merapi dinyatakan awas, maka masyarakat harus turun mengungsi dan menjauhi kawasan yang masuk rawan bencana.

Gunung Merapi dan Mbah Petruk antara Mitos dan Kepercayaan




Indonesia Menjerit, barangkali ungkapan tersebut lebih tepat untuk menggambarkan situasi dan keadaan sekarang yang sedang menimpa bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Betapa tidak, sepanjang tahun 2010, bencana terus dan terus datang silih berganti. Kecelakaan di udara, di laut, bahkan yang lebih parah adalah bencana di darat (bencana alam) yang sudah menelan banyak korban. Mulai dari Banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai, yang kemudina disusul dengan letusan dahsyat gunung merapi yang juga sempat memakan korban sang Juru kuncinya " Mbah Maridjan". yang lebih mengerikan lagi, akhir - akhir ini telah pula tercium gelagat bencana baru dari Anak Gunung kelud, Gunung Krakatau di Selat Sunda, yang tidak henti-hentinya menyemburkan asap panas yang membumbung ke angkasa.

Berbagai pendapat kemudian bermunculan, seputar bencana yang terjadi di Indonesia sekarang-sekarang ini. bahkan yang tidak kalah menarik adalah beberapa pendapat yang dihubung-hubungkan dengan kepercayaan masyarakat sekitar gunung berapi, yaitu munculnya Mbah petruk (awan tebal berbentuk kepala "Petruk" yaitu: salah satu tokoh punakawan dalam cerita pewayangan) di atas puncak gunung berapi. Menurut kepercayaan masyarakat yang ada di sekitar gunung Merapi, bahwa; Jika kepala petruk sudah muncul di puncak merapi itu tandanya, Gunung Merapi akan memuntahkan ledakan yang lebih dahsyat dan hebat lagi. Letusan pamungkas sebagai tanda atas kemarahan mbah petruk terhadap kesalahan anak cucu nya yang ada disekitar gunung Merapi.

Sebagaimana sedang ramai di bicarakan, bahwa sekarang ini kepala petruk sudah muncul di atas puncak gunung Merapi, dimana Mbah petruk yang di yakini sebagai penunggu puncak Merapi keluar dengan kepala menghadap ke arah bagian Jogjakarta. Ini artinya bahwa; ledakan dahsyat akan menghantam Jogja dan sekitarnya.
Gunung Merapi selalu dikait-kaitkan dengan sejumlah mitos. Ada mitos tentang Kiai Sapujagad yang dipercaya bersemayam di Merapi, mitos Mbah Petruk yang dipercaya sebagai sesepuh penunggu Merapi, dan mitos-mitos lainnya.

Gunung Merapi pun dipercaya sebagai keraton makhluk halus. Karena itu ada sejumlah tempat di Gunung Merapi yang dikenal angker atau sakral karena ditunggui oleh makhluk halus. Menurut sosiolog Prof Heru Nugroho, mitos-mitos itu ada yang muncul karena pengetahuan tradisional masyarakat, namun ada juga yang sengaja dimunculkan dan dipelihara demi keberlangsungan kekuasaan sang penguasa.
Ada pengetahuan tradisional penduduk lokal yang tinggal di sekitar Merapi. Mereka memercayai bahwa Merapi memiliki nyawa sebagai penunggu sehingga untuk menghindari kemarahan penunggunya (warga) perlu mengadakan ritual dan juga memberikan sesaji. Nah, yang bisa berhubungan dan mengetahui kehendak penunggu hanya orang-orang tertentu, sedang rakyat hanya percaya dan mengikuti kehendak elite-elite spiritual.

Karena itu, para elite spiritual lokal kemudian memiliki previlege (hak istimewa) dalam komunitasnya. Mitologi Merapi juga direproduksi Keraton Mataram, sengaja dipelihara demi tegaknya kekuasaan kerajaan. Dari sini ditegaskan, penunggu Merapi adalah Kiai Sapu Jagad dan penguasa Laut Selatan adalah Kanjeng Ratu Kidul.

Demi keberlangsungan kekuasaan Mataram, maka raja Mataram harus berkolaborasi dengan dengan para penguasa lainnya. Yakni dengan menjadikan Kiai Sapu Jagad sebagai mitra politik dan Kanjeng Ratu Kidul sebagai permaisuri. Ada ritual yang kemudian dilakukan masyarakat baik di Merapi maupun di Laut Selatan agar para penguasa tidak marah.

Selain mengetahui Merapi dari mitos, ada pula pengetahuan modern yang direproduksi oleh orang-orang universitas dan digunakan pemerintah untuk menjadi landasan kebijakannya. Jadi dasarnya adalah science, yang dalam hal ini adalah ilmu tentang kegunungapian. Science ini dapat mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi perilaku Merapi.

Ini berkaitan dengan sistem kepemimpinan tradisional di Yogyakarta. Buktinya setelah Mbah Maridjan tidak ada lantas ada kabar telah ditunjuk orang baru untuk menjadi juru kunci Merapi. Itu melestarikan mitologi Jawa yang berkaitan dengan Keraton, Gunung Merapi dan Laut Selatan.

Lalu karena dilestarikan, maka jadi kepercayaan beberapa orang, dan secara tradisional membuat sebagian dari mereka merasa sangat hormat kepada Keraton. Bahkan mereka masih melakukan ritual-ritual sebagai bagian dari kepercayaan itu.

Ini menjadi basis kekuasaan, legitimasi melalui klenik dan mitos yang dibangun. Misalnya mitos bahwa Merapi diberi sesaji setiap tahun, juga sesaji di Laut Selatan. Ini semua agar selaras dan mendukung kekuasaan kerajaan.

Mbah Maridjan dan beberapa warga sekitarnya enggan meninggalkan rumahnya karena percaya Merapi tidak akan apa-apa. Ini karena kepercayaan mistis juga dan juga karena keterikatan mereka dengan ekonomi sehingga membuat mereka sulit meninggalkan rumahnya. Karena mereka punya tanah, punya ternak, dan sebagainya.

Seharusnya bukan alam yang memahami kita, tapi kita yang memahami alam. Saatnya kita hidup berdemokrasi dengan alam. Karena itu memang sebaiknya kita menjaga jarak, dengan tinggal tidak terlalu dekat dengan puncak gunung. Padahal gunung itu punya hak untuk mengalirkan lahar. Sebelum ada banyak manusia, lahar sudah mengalir lebih dulu.Ini harus dipahami secara rasional.

Benarkah penampakan itu adalah simbol dari letusan merapi yang sangat besar ?

Baik awan, langit, udara, air dan semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah swt. Ketika berbentuk sesuatu sesungguhnya kehendak Allah semata, bahwa sebuah awan itu terjadi, kita semua menyadari bahwa di alam semesta ini bermilyar peristiwa yang terjadi, hal yang tidak masuk akal, adalah bermilyar peristiwa itu HANYA mampu di tangani oleh akal manusia sendiri.

Kejadian penampakan mbah petruk pada dimensi tertentu merupakan sebuah gambar awan yang oleh beberapa orang dapat dibaca sebagai sebuah warning, namun jika warning itu dikaitkan dengan mahluk halus (penunggu merapi) maka sesungguhnya kekuatan mahluk halus itu amat-lah lemah. Dia tidak bisa mencelakai manusia, karena tugas dia adalah menggoda manusia, sesuai janji dia ketika turun ke bumi.

Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. . Surah (7) Al-A’raf ayat: 14

Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

Itulah kekuatan mahluk halus beserta anak cucunya, sehingga prespektif yang berbelok arah, ketika penampakan foto mbah petruk diatas adalah “menagih janji sehingga dia membuat bencana di merapi dan yogyakarta”.

Berkaca dari meninggalnya mbah marijan, tgl 26-oktober-2010, dimana saat itu beliau dan para pengikutnya tidak mengungsi, yang salah satunya menunggu wangsit dari mbah petruk, baca Mbah Marijan Meninggal, Posisi Sujud Atau Disujudkan ? maka sebuah kehendak Allah telah terjadi pada diri mbah marijan, dimana usia beliau sampai dia meninggal dunia adalah 83 tahun (lahir 1927 sampai 2010). Itulah sebuah makna dari 83 yang tiada lain sebuah 8+3=SEBELAS, sama persis dengan foto penampakan mbah petruk yang terjadi tgl 25-10-2010, dimana semua di satukan, terjadilah 2+5+1+0+2+0+1+0=SEBELAS juga.

Apakah makna kehendak Allah swt pada diri mbah marijan sebagai tetapan usia 83 tersebut dan penampakan foto bayangan ‘mbah petruk’ diatas ? secara septintas diulas bahwa kematian mbah marijan menunjukkan sebuah memori, baca Mbah Marijan Meninggal, Mengapa Tepat tgl 26-oktober-2010 ?.

Kehendak Allah swt diatas SEBELAS itulah sebagai sebuah peringatan bagi kita semua akan arti 11 itu sendiri, dimana tercatat sebuah firman Allah swt dari surat 11 ayat 1 sampai 4 :

Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci , yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. Kepada Allah-lah kembalimu, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Itulah makna kehendak Allah swt atas diri mbah marijan yang di tutup usia pada 83 yang ketika itu masih menunggu wangsit mbah petruk, padahal bayangan ‘mbah petruk’ sudah menampakkan diri sebelumnya,Kronologi Detik-detik Wedhus Gembel Sergap Rumah Mbah Maridjan …

Selain Mbah Marijan, dua orang lain yang terjebak dan tidak bisa dievakuasi adalah Mbah Poniman dan istrinya, tokoh masyarakat Desa Kepuhardjo. Seperti juga Mbak Marijan, Mbah Poniman juga enggan dievakuasi sejak dini karena menunggu wangsit dari Petruk.

Dengan demikian, baik bayangan mbah petruk dan meninggalnya mbah marijan, tiada lain sesungguhnya kehendak Allah swt atas peristiwa itu, hingga itulah, pesan yang cukup jelas bagi yang percaya kepada mbah petruk, “agar kamu tidak menyembah selain Allah.”

Warga Sekitar Merapi Belum Mengungsi

Warga Sekitar Merapi Belum Mengungsi
TRIBUNNEWS.COM/BRAMASTO ADHY
Lokasi Pengungsian Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Sabtu (23/10/2010), masih tampak lenggang.

 Share   
Laporan kontributor Tribunnews.com, Bramasto Adhy

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN
- Meningkatnya status Gunung Merapi dari “waspada” menjadi “siaga” tidak membuat warga disekitar lereng Gunung Merapi panik dan tergesa-gesa mengungsi. Di Lokasi Pengungsian Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman contohnya, Sabtu (23/10/2010), masih tampak lenggang.

Gedung yang sekiranya dapat menampung warga di desa Kepuharjo tersebut berjarak kurang lebih 12 km dari puncak G.Merapi. “Dulu tempat mengungsinya ke gedung-gedung sekolah. Tapi sekarang ada tempat khusus untuk mengungsi,” kata Sokijo, Dukuh Kaliadem.

Keberadaan gedung pengungsi ini pun, menurutnya, sudah diketahui oleh para warga karena sosialisasi telah dilakukan jauh-jauh hari. “Bila ada pengumuman evakuasi, mereka dengan sendirinya akan mencari jalan tercepat menuju kesana,” ujarnya saat ditemui di rumah.

Pemerintah Kabupaten Sleman, menghadapi kondisi G. Merapi, menyiapkan 8 barak pengungsian. Diantaranya di Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, dan Kecamatan Cangkringan.

Mbah Maridjan Menyerah Menghadapi Merapi, Pasrah ke Pemerintah




Jakarta - Siapa yang tidak kenal dengan Mbah Maridjan, sang juru kunci Gunung Merapi. Pria 83 tahun ini mencuat namanya sejak peristiwa Merapi meletus pada 2006 silam. Saat warga lainnya panik dan pemerintah memberi instruksi untuk mengungsi, dia tetap tenang dan tidak merubah pendiriannya untuk tidak mengungsi.

Kini, Mbah Maridjan memiliki pandangan yang berbeda dari sebelumnya. Mbah Maridjan menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas pemerintah yang berwenang untuk menentukan status Merapi.

"Mbah Maridjan menyerahkan kepada pemerintah. Mengungsi atau tetap tinggal dia serahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan mendukungnya," ujar Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Anwar Sadat.

Anwar mengatakan jika nantinya status Merapi terus meningkat dan mengharuskan dilakukan pengungsian masyarakat di sekitar lereng Merapi, Mbah Maridjan juga menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk memilih.

"Mbah Maridjan mendukung sepenuhnya usaha-usaha pemerintah untuk melakukan pengaturan pengungsian dan penyelamatan warga," tambahnya.

Anwar menambahkan saat ini aktivitas warga di sekitar Gunung Merapi masih berjalan normal seperti biasanya. Namun warga sudah dilarang melakukan aktivitas sekitar 7 Km dari puncak Merapi.

"Belum ada peningkatan status sejak 20 september hingga hari ini masih belum berubah," tutupnya.

Sementara itu Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menjelaskan pada 19 Oktober terekam 17 gempa vulkanik, 200 gempa fase banyak dan 54 gempa guguran. Sedangkan pada 20 Oktober hingga pukul 19.00 WIB, terekam 34 gempa vulkanik, 384 gempa fase banyak dan 55 gempa guguran.

"Setelah dalam dua hari relatif menurun, Seismisitas pada hari ini naik lagi. Deformasi secara kumulatif, sudah memendek 1,2 m dalam dua bulan terakhir. Status masih waspada, koordinasi 4 Pemkab melalui dinas terkait tetap berlangsung dan kita meminta meningkatkan kesiapsiagaan untuk antisipasi perkembangan secara tiba-tiba," ujarnya

Alasan Mbah Maridjan Tidak Mau Mengungsi

Status Merapi dinyatakan waspada mulai tadi pagi pukul 06.00. Pemerintah pun bertindak dengan mengungsikan para warga yang tinggal di sekitar gunung teraktif di dunia itu.
Namun ada satu orang yang tetap bersikukuh tinggal di rumah, Mbah Maridjan, juru kunci Merapi. Padahal rumahnya Dusun Kinahrejo hanya berjarak lima kilometer dari puncak Merapi.

"Saya masih kerasan dan betah tinggal di sini. Kalau ditinggal nanti siapa yang mengurus tempat ini," kata Mbah Maridjan, Senin 25 Oktober 2010.

Meski demikian, pria bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ini justru meminta warga menuruti imbauan pemerintah. "Saya minta warga untuk menuruti perintah dari pemerintah, mau mengungsi ya monggo," kata dia.

Mbah Maridjan justru berpendapat, jika ia pergi mengungsi, dikhawatirkan warga akan salah menanggapi lalu panik. Mereka dikhawatirkan mengira kondisi Gunung Merapi sedemikian gawat.

"Sebaiknya kita berdoa supaya Merapi tidak batuk," kata dia.

Warga juga diimbau memohon keselamatan pada Tuhan, agar tak terjadi yang tak diinginkan kalau nantinya Merapi benar-benar meletus.

Kapan Merapi meletus menurut Mbah Maridjan?

Mbah Maridjan mengaku tak tahu. Apalagi, ia tak punya alat canggih seperti yang dimiliki Badan Vulkanologi. "Hanya Tuhan yang tahu kapan Merapi akan meletus. Saya tidak punya kuasa apa-apa," jawab dia.

Sikap serupa ditunjukkan Mbah Maridjan ketika Merapi mengalami erupsi pada tahun 2006.

Saat itu, ia menolak untuk mengungsi meski dibujuk langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X dan dijemput mobul evakuasi. Pilihan Mbah Maridjan ditanggapi berbeda oleh masyarakat. Ada yang pro dan kontra.

Hari itu Maridjan mengatakan, dia tetap di tinggal di rumah, menepati janjinya terhadap Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mengangkatnya. Sambil berdoa untuk keselamatan warga.

Data Pengungsi Merapi Carut Marut

Dibaca Kali



YOGYAKARTA – Carut marut koordinasi di posko pengungsian letusan Gunung Merapi masih terjadi di berbagai tempat.

Semrawutnya koordinasi tersebut disebabkan tidak adanya pemberitahuan oleh warga yang pindah atau datang ke posko pengungsian.

Pindahnya warga ke posko lain juga tidak ada pemberitahuan kepada koordinator posko. Sehingga menyebabkan tim relawan kesulitan untuk mengidentifikasi para pengungsi.

Menurut anggota relawan psikolog asal Sleman, Fitriah, banyak pengungsi baru yang berdatangan tapi tidak diketahui dari posko mana. Parahnya lagi, para pengungsi juga tidak melakukan pemberitahuan kepada koordinator posko.

“Banyak pengungsi berdatangan dari posko atas, tapi mereka tidak memberitahu ketua tim poskonya,” ujar Fitriah kepada okezone, Minggu (7/11/2010).

Akibat kesemrawutan tersebut, posko utama seperti Posko Stadion Maguwoharjo sering mengalami kesulitan dalam hal pendataan. Selain itu, para relawan juga mengalami kesulitan terkait membludaknya para pengungsi baru.

Mbah Maridjan menyuruh warga mengungsi

BANJARMASINPOST.CO.ID, SLEMAN - Juru kunci Gunung Merapi Ki Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Maridjan, meminta masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi mematuhi instruksi pemerintah untuk segera mengungsi. Imbauan ini terkait peningkatan status Gunung Merapi dari Siaga menjadi Awas.

"Silakan warga mengungsi ke barak-barak yang sudah disiapkan pemerintah," kata Mbak Maridjan saat ditemui di rumahnya di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Senin (25/10/2010).

Mbah Maridjan mengatakan, dia masih betah dan kerasan di rumahnya yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi, sehingga dirinya belum akan mengungsi.

"Saya minta warga sebaiknya mengikuti saran pemerintah, karena pemerintah yang akan bertanggung jawab atas keselamatan warga," imbau Mbah Maridjan.

Ketika ditanya apakah Gunung Merapi akan meletus, Mbah Maridjan mengatakan bahwa dirinya tidak kuasa untuk mengetahuinya. "Saya kan tidak memiliki alat-alat seismograf seperti milik Badan Vulkanologi. Saya tak kuasa, yang kuasa itu Gusti Allah," jawab Mbah Maridjan.

Dirinya, lanjut Mbah Maridjan, tidak mau pergi mengungsi lebih karena khawatir nanti warga salah menanggapinya, sehingga mereka kecele. "Kalau saya pergi maka warga akan kecele dan kecewa," jelasnya.

Mbah Maridjan juga menuturkan, dia tidak ingin berbicara banyak terkait peningkatan aktivitas Gunung Merapi dan meminta semuanya untuk lebih meningkatkan doa.

"Kita berdoa bersama saja agar Merapi ini tidak batuk dan memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa, agar tidak terjadi bencana yang tidak diinginkan kalau nantinya Gunung Merapi benar-benar meletus," ujar Mbak Maridjan.

Sementara, suasana di Desa Kepuharjo sendiri sampai Senin siang masih terlihat seperti biasa. Penduduk setempat terlihat masih beraktivitas mencari rumput untuk ternak-ternak mereka.

Menurut Sekretaris Desa Kepuharjo Tulus Budiwiratno di desa ini ada sekitar 3.600 warga yang harus diungsikan. "Barak Pengungsian Pagerjuang sudah siap untuk menampung pengungsi, tinggal membangun dapur umumnya. Di barak pengungsian, warga tak perlu khawatir karena mereka akan mendapatkan konsumsi secukupnya," katanya.

Sejak Pertama Meletus, Korban Tewas di Merapi 135 Orang

Dibaca Kali



Korban tewas Merapi saat ditemukan petugas evakuasi
JAKARTA - Korban tewas akibat letusan Gunung Merapi terus bertambah dan masih simpang siur.

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pukul 12.00 WIB, korban tewas mencapai 135 orang. Data Koran tewas ini merupakan akumulasi sejak pertama kali Merapi meletus pada Oktober silam.

Berdasarkan data dari BNPB, jumlah tersebut tersebar di Sleman 123 orang, Klaten 2 orang, Boyolali 3 orang, dan Magelang 7 orang, Minggu (7/11/2010).

Sedangkan untuk korban rawat inap tercatat 411 orang. Perinciannya 64 dirawat di Sleman, 66 orang dirawat di Boyolali, dan 129 orang dirawat di Magelang.

Data Pengungsi Merapi Carut Marut

Dibaca Kali

YOGYAKARTA – Carut marut koordinasi di posko pengungsian letusan Gunung Merapi masih terjadi di berbagai tempat.

Semrawutnya koordinasi tersebut disebabkan tidak adanya pemberitahuan oleh warga yang pindah atau datang ke posko pengungsian.

Pindahnya warga ke posko lain juga tidak ada pemberitahuan kepada koordinator posko. Sehingga menyebabkan tim relawan kesulitan untuk mengidentifikasi para pengungsi.

Menurut anggota relawan psikolog asal Sleman, Fitriah, banyak pengungsi baru yang berdatangan tapi tidak diketahui dari posko mana. Parahnya lagi, para pengungsi juga tidak melakukan pemberitahuan kepada koordinator posko.

“Banyak pengungsi berdatangan dari posko atas, tapi mereka tidak memberitahu ketua tim poskonya,” ujar Fitriah kepada okezone, Minggu (7/11/2010).

Akibat kesemrawutan tersebut, posko utama seperti Posko Stadion Maguwoharjo sering mengalami kesulitan dalam hal pendataan. Selain itu, para relawan juga mengalami kesulitan terkait membludaknya para pengungsi baru.

SBY Besok ke Merapi

Dibaca Kali


Kondisi lereng Merapi di sekitar kediaman Mbah Maridjan setelah diterjang wedus gembel.
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono besok siang akan bertolak ke Yogyakarta untuk meninjau langsung kondisi Gunung Merapi dan puluhan ribu pengungsi.

Besok, usai menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Australia, Presiden beserta rombongan berangkat dari Jakarta sekira pukul 14.00 WIB. Untuk meninjau kawasan Merapi, Presiden rela membatalkan acara makan malam kenegaraan bersama dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard.

"Saya gembira ada state dinner (dengan PM Australia). Atas permintaan saya mengingat adanya bencana, state dinner tersebut ditiadakan. Setelah selesai saya akan berangkat ke DIY dan Jateng," ujar Presiden sebelum membuka rapat kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (1/11/2010).

Presiden mengatakan PM Australia sangat memahami kondisi yang sedang terjadi di Indonesia beberapa hari terakhir ini.

Sebelumnya, Presiden bersama Ibu Negara telah mengunjungi korban bencana tsunami di Kepulauan Mentawai beberapa hari lalu. Saat itu Presiden mempersingkat agenda kenegaraannya di luar negeri saat mendengar situasi bencana di dua daerah.

Sejarah Gunung Merapi

Dibaca Kali

http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/Evolusi%20Morfologi%20Merapi%20c_52da4a.jpg
SEJARAH GEOLOGI
Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas 4 bagian :
PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)
Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

MERAPI TUA (60.000 - 8000 tahun lalu)

Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

MERAPI PERTENGAHAN (8000 - 2000 tahun lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "de¬bris-avalanche" ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.

MERAPI BARU (2000 tahun lalu - sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi. Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Skema penampang sejarah geologi Merapi menurut Berthommier, 1990 (gambar kanan).

Peta menunjukkan sebaran endapan awanpanas Merapi 1911-2006. Hanya wilayah timur lereng yang bebas dari arah aliran awapanas dalam kurun waktu tersebut.

SEJARAH ERUPSI

Tipe erupsi Gunung Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah. Tipe lain seperti Plinian (contoh erupsi Vesuvius tahun 79) merupakan tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awanpanas (pyroclastic flow).

Merapi termasuk gunungapi yang sering meletus. Sampai Juni 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Secara rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2 – 5 tahun (periode pendek), sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5 – 7 tahun. Merapi pernah mengalami masa istirahat terpanjang selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 kegiatan Merapi mulai tercatat cukup baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu istirahat terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.
Sejarah letusan gunung Merapi mulai dicatat (tertulis) sejak tahun 1768. Namun demikian sejarah kronologi letusan yang lebih rinci baru ada pada akhir abad 19. Ada kecenderungan bahwa pada abad 20 letusan lebih sering dibanding pada abad 19. Hal ini dapat terjadi karenapencatatan suatu peristiwa pada abad 20 relatif lebih rinci. Pemantauan gunungapi juga baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20. Selama abad 19 terjadi sekitar 20 letusan, yang berarti interval letusan Merapi secara rata-rata lima tahun sekali. Letusan tahun 1872 yang dianggap sebagai letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20 telah menghasilkan Kawah Mesjidanlama dengan diameter antara 480-600m. Letusan berlangsung selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awanpanas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol. Awanpanas dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa yang berada di atas elevasi 1000m. Pada saat itu bibir kawah yang terjadi mempunyai elevasi 2814m (;bandingkan dengan saat ini puncak Merapi terletak pada elevasi 2968m). Dari peristiwa-peristiwa letusan yang telah lampau, perubahan morfologi di tubuh Gunung dibentuk oleh lidah lava dan letusan yang relatif lebih besar. Gunung Merapi merupakan gunungapi muda. Beberapa tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa sebelum ada Merapi, telah lebih dahuiu ada yaitu Gunung Bibi (2025m), lereng timurlaut gunung Merapi. Namun demikian tidak diketahui apakah saat itu aktivitas vulkanik berlangsung di gunung Bibi. Dari pengujian yang dilakukan, G. Bibi mempunyai umur sekitar 400.000 tahun artinya umur Merapi lebih muda dari 400.000 tahun. Setelah terbentuknya gunung Merapi, G. Bibi tertimbun sebagian sehingga saat ini hanya kelihatan sebagian puncaknya. Periode berikutnya yaitu pembentukan bukit Turgo dan Plawangan sebagai awal lahirnya gunung Merapi. Pengujian menunjukkan bahwa kedua bukit tersebut berumur sekitar maksimal 60.000 tahun (Berthomrnier, 1990). Kedua bukit mendominasi morfologi lereng selatan gunung Merapi.

Pada elevasi yang lebih tinggi lagi terdapat satuan-satuan lava yaitu bukit Gajahmungkur, Pusunglondon dan Batulawang yang terdapat di lereng bagian atas dari tubuh Merapi. Susunan bukit-bukit tersebut terbentuk paling lama pada, 6700 tahun yang lalu (Berthommier,1990). Data ini menunjukkan bahwa struktur tubuh gunung Merapi bagian atas baru terbentuk dalam orde ribuan tahun yang lalu. Kawah Pasarbubar adalah kawah aktif yang menjadi pusat aktivitas Merapi sebelum terbentuknya puncak.

Diperkirakan bahwa bagian puncak Merapi yang ada di atas Pasarbubar baru terbentuk mulai sekitar 2000 tahun lalu. Dengan demikian jelas bahwa tubuh gunung Merapi semakin lama semakin tinggi dan proses bertambahnya tinggi dengan cepat nampak baru beberapa ribu tahun lalu. Tubuh puncak gunung Merapi sebagai lokasi kawah aktif saat ini merupakan bagian yang paling muda dari gunung Merapi. Bukaan kawah yang terjadi pernah mengambil arah berbeda-beda dengan arah letusan yang bervariasi. Namun demikian sebagian letusan mengarah ke selatan, barat sampai utara. Pada puncak aktif ini kubah lava terbentuk dan kadangkala terhancurkan oleh letusan. Kawah aktif Merapi berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan letusan yang terjadi. Pertumbuhan kubah lava selalu mengisi zona-zona lemah yang dapat berupa celah antara lava lama dan lava sebelumnya dalam kawah aktif Tumbuhnya kubah ini ciapat diawali dengan letusan ataupun juga sesudah letusan. Bila kasus ini yang terjadi, maka pembongkaran kubah lava lama dapat terjadi dengan membentuk kawah baru dan kubah lava baru tumbuh dalam kawah hasil letusan. Selain itu pengisian atau tumbuhnya kubah dapat terjadi pada tubuh kubah lava sebelumnya atau pada perbatasan antara dinding kawah lama dengan lava sebelumnya. Sehingga tidak mengherankan kawahkawah letusan di puncak Merapi bervariasi ukuran maupun lokasinya. Sebaran hasil letusan juga berpengaruh pada perubahan bentuk morfologi, terutama pada bibir kawah dan lereng bagian atas. Pusat longsoran yang terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari terdistribusikannya tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih cukup kuat karena beban material.

Lain halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran. Apabila pengisian celah baik oleh tumbuhnya kubah masih terbatas jumlahnya, maka arah guguran lava masih dapat terkendali dalam celah yang ada di sekitarnya. Namun apabila celah-celah sudah mulai penuh maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan tumbuhnya kubah. Sehingga pertumbuhan kubah lava yang sifat menyamping (misal, periode 1994 - 1998) akan mengakibatkan perubahan arah letusan. Perubahan ini juga dapat terjadi pada jangka waktu relatif pendek dan dari kubah lava yang sama. Pertumbuhan kubah lava ini berkembang dari simetris menjadi asimetris yang berbentuk lidah lava. Apabila pertumbuhan menerus dan kecepatannya tidak sama, maka lidah lava tersebut akan mulai membentuk morfologi bergelombang yang akhirnya menjadi sejajar satu sama lain namun masih dalam satu tubuh. Alur pertumbuhannya pada suatu saat akan mencapai titik kritis dan menyimpang menimbulkan guguran atau longsoran kubah. Kronologi semacam ini teramati pada th 1943 (April sampai Mei 1943).

Penumpukan material baru di daerah puncak akibat dari pertumbuhan kubah terutama terlihat dari perubahan ketinggian maksimum dari puncak Merapi. Beberapa letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak antara lain letusan periode 18221823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600m, periode 1846 - 1848 (200m), periode 1849 (250 - 400m), periode 1865 - 1871 (250m), 1872 - 1873 (480 - 600 m), 1930, 1961.

Rabu, 17 November 2010

Alasan Mbah Maridjan Tidak Mau Mengungsi

Status Merapi dinyatakan waspada mulai tadi pagi pukul 06.00. Pemerintah pun bertindak dengan mengungsikan para warga yang tinggal di sekitar gunung teraktif di dunia itu.
Namun ada satu orang yang tetap bersikukuh tinggal di rumah, Mbah Maridjan, juru kunci Merapi. Padahal rumahnya Dusun Kinahrejo hanya berjarak lima kilometer dari puncak Merapi.

"Saya masih kerasan dan betah tinggal di sini. Kalau ditinggal nanti siapa yang mengurus tempat ini," kata Mbah Maridjan, Senin 25 Oktober 2010.

Meski demikian, pria bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ini justru meminta warga menuruti imbauan pemerintah. "Saya minta warga untuk menuruti perintah dari pemerintah, mau mengungsi ya monggo," kata dia.

Mbah Maridjan justru berpendapat, jika ia pergi mengungsi, dikhawatirkan warga akan salah menanggapi lalu panik. Mereka dikhawatirkan mengira kondisi Gunung Merapi sedemikian gawat.

"Sebaiknya kita berdoa supaya Merapi tidak batuk," kata dia.

Warga juga diimbau memohon keselamatan pada Tuhan, agar tak terjadi yang tak diinginkan kalau nantinya Merapi benar-benar meletus.

Kapan Merapi meletus menurut Mbah Maridjan?

Mbah Maridjan mengaku tak tahu. Apalagi, ia tak punya alat canggih seperti yang dimiliki Badan Vulkanologi. "Hanya Tuhan yang tahu kapan Merapi akan meletus. Saya tidak punya kuasa apa-apa," jawab dia.

Sikap serupa ditunjukkan Mbah Maridjan ketika Merapi mengalami erupsi pada tahun 2006.

Saat itu, ia menolak untuk mengungsi meski dibujuk langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X dan dijemput mobul evakuasi. Pilihan Mbah Maridjan ditanggapi berbeda oleh masyarakat. Ada yang pro dan kontra.

Hari itu Maridjan mengatakan, dia tetap di tinggal di rumah, menepati janjinya terhadap Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mengangkatnya. Sambil berdoa untuk keselamatan warga.